Burung bubut diyakini memiliki khasiat yang
sangat besar untuk penyembuhan patah tulang. Karenanya banyak ahli pengobatan
patah tulang, yang memburunya untuk dijadikan ramuan obat.
PENAMPILANNYA yang menyeramkan serta aroma tubuhnya yang
kurang sedap, membuat burung yang satu ini jarang dipelihara orang. Namun
demikian, di balik berbagai kekurangan yang dimilikinya, burung ini ternyata
diyakini menyimpan manfaat besar bagi dunia pengobatan, terutama untuk mereka
yang menderita patah tulang.
Bubut, demikian burung bernama latin Centropus nigrorufus
ini disebut. Sebutan ini sendiri merujuk pada suara yang dikeluarkannya saat
berbunyi, yaitu but…but…but…but but but… Sedangkan mengenai aroma tubuhnya yang
busuk, hal itu kemungkinan terkait dengan kehidupannya di alam liar sebagai
burung yang gemar memakan bangkai.
Khasiat burung bubut sebagai obat patah tulang
sendiri tak lepas dari keunikan yang dimiliki burung ini. Yang konon bila
tulangnya patah, dalam waktu singkat akan bisa tersambung kembali. Entah benar
atau tidak, sampai saat ini sepertinya belum pernah dilakukan penelitian untuk
membuktikan rumor tersebut. Namun demikian di kalangan masyarakat pedesaan, hal
itu sudah diyakini kebenarannya. Karena itulah kemudian muncul keyakinan kalau
burung ini bisa dijadikan obat penyembuh patah tulang.
Di masyarakat pedesaan, burung bubut nyaris
disamakan dengan burung gagak. Burung ini diyakini memiliki hubungan dengan
alam gaib. Hampir setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan
kejadian-kejadian tertentu, terutama yang bersifat buruk. Karena itulah, tak
jarang warga selalu berusaha untuk mengusir burung ini saat berkeliaran di
dekatnya.
Banyak Diburu
Namun karena manfaatnya yang besar, tak jarang
burung ini harus berusaha menghindar dari manusia. Agar bisa terhindar dari
upaya perburuan yang dilakukan padanya. Hal ini terutama terjadi di daratan Kalimantan.
Ya, pemanfaatan burung bubut untuk obat patah
tulang, kabarnya memang banyak dilakukan oleh masyarakat Dayak di pedalaman
Pulau Kalimantan. Tak hanya patah tulang, ramuan obat berbahan burung bubut
juga kerap dipakai sebagai obat luar untuk memijat bagian tubuh yang keseleo.
Hal inilah yang membuat burung ini banyak diburu
oleh para dukun patah tulang. Sebab konon keampuhan ramuan bubut, atau yang
biasa disebut minyak bubut ini jauh lebih ampuh bila dibandingkan dengan jenis
ramuan lain yang dipakai dalam pengobatan patah tulang.
Begitu dicarinya burung ini juga berimbas pada
perdagangannya di pasar burung. Di pasar burung Kupang Surabaya misalnya,
beberapa pedagang kerap mendapat pesanan burung berwarna hitam dengan sayap
coklat ini. Ahmad misalnya, pria yang menjadi penjaga salah satu stand di
komplek pasar burung Kupang Surabaya ini, mengaku sering kesulitan memenuhi
pesanan orang-orang yang ingin mencari burung bubut.
Dia sendiri tidak tahu untuk apa burung bubut itu,
namun yang pasti setiap kali dia mendatangkannya dari para pemburu di wilayah
Banyuwangi, Jawa Timur, dalam waktu singkat akan langsung habis dibeli orang. Dan
yang mengherankan, berapapun harga yang ditawarkan, biasanya para pembeli tidak
akan terlalu jauh menawarnya.
“Saya sendiri heran, burung kaya gini kok banyak
yang nyari. Padahal kalau di desa-desa, burung ini kerap diusir warga karena
dianggap burung setan. Tapi kalau kata orang yang beli, katanya dipakai untuk
bahan ramuan obat. Untuk obat apa, saya tidak tahu, soalnya orang yang beli itu
jarang menjelaskan,” terangnya saat ditemui Kla6news.blogspot.com
di stand yang dijaganya.
Dan beruntung, karena saat datang ke standnya, tiga
ekor burung bubut muda yang sudah dipesan seseorang masih belum diambil
pemesannya. Sehingga sosok wujud burung yang berwajah menyeramkan dengan mata
kemerahan itu, bisa dilihat dengan seksama.
Burung bubut menyimpan banyak khasiat |
Ramuan Obat
Lalu bagaimana mungkin ramuan minyak bubut bisa
dengan mudah menyambung kembali tulang yang patah. Secara logika hal ini memang
sulit dijelaskan, seperti halnya fenomena aneh yang terjadi pada burung bubut,
saat tulangnya patah. Namun demikian, masyarakat meyakini bahwa semua tak lepas
dari adanya energi gaib yang terpancar dari tubuh burung bubut, yang menyatu
dalam ramuan. Sehingga kemudian bisa membuat ramuan itu sangat berkhasiat.
Dari informasi yang dihimpun, untuk membuat minyak bubut
ternyata tidak sulit. Seperti yang dipaparkan dalam buku dalam buku 30 Jenis
Hewan Penakluk Penyakit karangan Sri Haryanto, kita hanya memerlukan seekor
burung bubut dan satu liter minyak kelapa murni.
Burung bubut selanjutnya disembelih dan dibersihkan. Lalu
direndam dalam minyak kelapa dan dijerang di atas kompor dengan api yang kecil.
Api harus dijaga agar minyak tidak terlalu panas dan mendidih, sehingga burung bubut
tidak sampai matang atau hangus.
Dalam minyak yang hangat inilah sari-sari daging burung bubut
akan terlarut dalam minyak, sehingga menjadikan minyak ini berkhasiat. Dan agar
minyak benar-benar siap dipakai untuk obat, proses pemasakan harus dilakukan
secara terus menerus selama sekitar tujuh hari. Pada saat itu, daging burung
bubut akan berubah jadi mengkerut karena telah habis sari patinya. Yang berarti
minyak bubut telah siap dipakai untuk pengobatan.
Beberapa sumber lain mengatakan, bahwa ada sedikit ritual
yang harus disertakan dalam proses pembuatan minyak ini. Hal ini karena mereka
beranggapan bahwa burung bubut adalah burung yang gaib. Sehingga harus ada
sebuah ritual sederhana di tengah upaya pemanfaatan tubuh burung ini, agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
“Saat memasak daging (burung) bubut, harus dibaca mantera khusus
pengusir roh jahat. Lalu perlu juga disediakan bakaran dupa dan kemenyan di
dekat tempat pemasakan itu,” jelas Gus Udin, seorang paranormal dari Surabaya.
Selanjutnya untuk penggunaannya, minyak bubut cukup dioleskan
secara merata pada bagian luar tubuh yang tulangnya patah ataupun keseleo.
Untuk patah tulang, pengobatan bisa dilakukan hingga empat kali dalam sehari,
setelah posisi tulang dikembalikan ke letak semula. Dan biasanya dalam waktu
tujuh hari tulang akan tersambung kembali seperti sedia kala.
Sedangkan bagi mereka yang cuma keseleo, waktu yang
dibutuhkan untuk pengobatan relatif lebih singkat. Sebab pada kasus ini tidak
ada luka serius yang dialami seseorang. Sehingga proses pemulihan yang terjadi
hanyalah sebatas penghilangan rasa sakit dan penyembuhan memar yang ada. //
0 Komentar